PENGERTIAN SISTEM PERAWATAN
PENDAHULUAN
Perusahaan yang bergerak dibidang
industri membutuhkan pemeliharaan dan
perawatan yang berkesinambungan terhadap
mesin-mesin produksinya. Tanpa kondisi
mesin yang optimal, proses produksi tidak
bisa mencapai tingkat produktivitas yang
diharapakan. Pemeliharaan dan perawatan
merupakan kegiatan untuk menjamin mesin
atau alat agar dapat bekerja sebagai mana
yang diinginkan. Tujuan pemeliharaan dan
perawatan mesin antara lain adalah agar
mesin atau alat yang tersedia dalam kondisi
menguntungkan, kesiapan peralatan
cadangan dalam kondisi darurat,
keselamatan tenaga kerja, dan usia pakai
mesin lebih panjang. Kegiatan pemeliharan
dan perawatan ini sudah seharusnya menjadi
tanggung jawab bersama. Bukan hanya
divisi engineering atau teknisi saja, melaikan
operator produksi yang bertugas
mengoperasikan mesin tersebut guna
keperluan produksi juga harus turut serta
dalam menjalankan program tersebut
melalui kegiatan autonomous maintenance,
mengoprasikan mesin dengan sebagai mana
mestinya dan tentunya dengan penuh kehatihatian, serta membangun rasa memiliki
terhadap perawatan mesin atau alat yang
mereka pakai agar kerusakan yang
disebabkan oleh faktor human error dapat
dihindarkan atau diminimalisir. Penggunaan
mesin-mesin produksi menjadi meningkat
seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk
meningatkan produktivitasnya. Mesin-mesin
produksi tersebut tidak bisa dibiarkan begitu
saja tanpa adanya pemeliharaan dan
perawatan. Mesin-mesin produksi semakin
lama akan mengalami penurunan kinerja dan
apabila dibiarkan terus-menerus akan
mengalami kerusakan (breakdown).
Permasalahan yang muncul akibat downtime
ini misalnya keterlambatan produksi, pekerja
yang menganggur, hilangnya waktu efektif
untuk berproduksi sehingga mempengaruhi
produktivitas perusahaan. Selain itu,
kerusakan juga menyebabkan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan menjadi
meningkat akibat adanya biaya perbaikan
mesin ataupun juga biaya untuk pembelian
mesin baru.
PENGERTIAN
Maintenance (perawatan)
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menjaga atau memperbaiki setiap fasilitas
agar tetap dalam keadaan yang dapat
diterima menurut standar yang berlaku pada
tingkat biaya yang wajar (Aufar, 2014).
Tujuan dilakukannya tindakan perawatan
diantaranya adalah:
- Menjamin ketersediaan, keandalan
fasilitas (mesin dan peralatan) secara
ekonomis maupun teknis.
- Memperpanjang umur pakai fasilitas.
- Menjamin kesiapan operasional seluruh
fasilitas yang diperlukan dalam keadaan
darurat.
- Menjamin keselamatan kerja, keamanan
dalam penggunaannya.
Terdapat 5 kategori kebijakan
perawatan yang termasuk kedalam jenis
perawatan ini yaitu time directed, condition
directed, finding failure, run to failure,
corecctive maintenance.
Peran aktivitas pemeliharaan
(maintenance) berubah seiring dengan
tuntutan perkembangan kompetisi global.
Peran tersebut tidak lagi hanya sebatas
tindakan darurat untuk mengatasi kerusakan
yang terjadi. Dengan diterapkannya sistem,
infrastruktur, proses dan prosedur yang
benar dan konsisten, maka pemeliharaan
dapat meminimalkan kerugian yang terjadi,
operasional perusahaan menjadi lebih stabil,
hasil/output produksi dapat dimaksimalkan
dan produk dengan kualitas yang tinggi
dapat dihasilkan secara konsisten (Mobley,
dalam Daulay et.al, 2013).
Menurut Assauri dalam Sudrajat
(2016) semua tugas dan kegiatan
pemeliharaan dapat digolongkan kedalam
salah satu dari lima tugas pokok, yaitu
- isnpeksi
- kegiatan teknik (engineering)
- kegiatan produksi (production)
- kegiatan
administrasi (clerical work), dan
- pemeliharaan bangunan (house keeping).
Downtime merupakan waktu yang
dibutuhkan oleh mesin yang mengalami
kerusakan dan berhenti, sampai dengan
waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan dan
mesin siap digunakan kembali (Ginting dan
Survana, 2012). Downtime terdiri dari
beberapa unsur, yaitu:
- Supply delay
- Maintenance delay
- Access time
d. Diagnosis time
- Repair or replacement time
- Verification and alignment time
Cacat (defect)
Cacat (defect) memiliki pengertian
kekurangan yang menyebabkan nilai atau
mutunya kurang baik atau kurang sempurna.
Produk cacat berarti barang atau jasa yang
dibuat dalam proses produksi namun
memiliki kekurangan yang menyebabkan
nilai atau mutunya kurang baik atau kurang
sempurna. produk cacat merupakan yang
dihasilkan tidak memenuhi standar yang
telah ditetapkan tetapi masih bisa diperbaiki
(Kholmi dan Yuningsih dalam Janah, 2017).
Terjadinya produk cacat dan rusak
ada 2 yaitu (Mursyidi dalam Janah, 2017):
- Bersifat Normal yaitu dimana setiap
proses produksi tidak bisa dihindari
terjadinya produk rusak, maka
perusahaan telah memperhitungkan
sebelumnya bahwa adanya produk rusak.
- Bersifat Kesalahan yaitu dimana
terjadinya produk rusak diakibatkan
kesalahan dalam proses produksi seperti
kurangnya perencanaan kurangnya
pengawasan dan pengendalian, kelalaian
pekerja dan sebagainya.
Metode Overall Equipment
Effectiveness (OEE)
OEE adalah suatu nilai yang
disajikan dalam bentuk rasio antara output
actual dibagi dengan ouput maksimum dari
peralatan yang digunakan dalam kondisi
kinerja terbaik. OEE bertujuan untuk
menghitung efektivitas dan performansi dari
suatu mesin atau proses produksi. Dengan
menghitung OEE, maka dapat diketahui 3
komponen penting yang mempengaruhi
efektivitas mesin yaitu :
- availability atau
ketersediaan mesin,
- performance rate atau
efisiensi produksi, dan
- Quality rate atau
kualitas output mesin.
Standar dunia untuk
masing – masing faktor berbeda – beda.
Berikut adalah standar dunia dari masing –
masing variabel (Vorne Industri Inc, 2016):
- Availability 90%
- Performance 95%
- Quality 99%
- Overall Equipment Efectiveness 85%