Pengertian Kepuasan Kerja Psikologi Industri
Pengertian dari Kepuasan Kerja dalam Psikologi Industri
Dalam meningkatkan produktifitas kerja perlu adanya
dorongan-dorongan yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan baik finansial
maupun nonfinansial supaya perusahaan yang bersangkutan tidak seterusnya
berpandangan bahwa hanya finansial yang dapat memeuaskan pekerjaan karyawannya,
maka diperluakan kepekaan tersendiri dari perusahaan tersebut untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan karyawannya serta faktor-faktor yang mendorong tercapainya
kepuasaan kerja, semua itu demi tercapainya produktifitas kerja dan
profesionalisme dalam bekerja.
Baca Juga : Jenis dan ketegori Professional Ethics atau etika profesi
Salah satu sarana penting
pada manjemen sumber daya manusia dalam sebuah organisasi adalah terciptanya
kepuasan kerja para pegawai/ karyawan. Berikut pengertian-pengertian kepuasan
kerja menurut beberapa pakar.
Penelitian Herzberg,
bahwa faktor yang mendatangkan kepuasan adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan
itu sendiri, tanggungjawab, dan kemajuan (Armstrong, 1994: 71). Pendapat lain menyatakan
kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaan mereka
(Handoko, 2001:193). Sedangkan Wexley dan Yulk (1977) yang disebut kepuasan
kerja ialah perasaan seseorang terhadap pekerjaan.
Artikel Terbaru :
- Apa Itu PII dan peranannya
- Pengertian Professional Ethics (Etika Profesi)
- Jenis dan ketegori Professional Ethics atau etika profesi
- Mengenal Kode Etik Catur Karna Sapta Dharma Indonesia
Tiffin (1964) juga mengkaitkan kepuasan kerja dengan
sikap dari karyawan terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama
antara pimpinan dengan sesama karyawan (dalam As'ad, 2003: 104). Sejalan dengan
itu, Martoyo (2000:142) kepuasan kerja (job salisfaction) adalah keadaan
emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara
nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat
nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas
jasa kerja karyawan ini, baik yang berupa finansial maupun yang nonfinansial.
Menurut Hulin (1966) gaji merupakan faktor utama untuk
mencapai kepuasan kerja. Pendapat ini tidak seluruhnya salah sebab dengan
mendapatkan gaji ia akan dapat melangsungkan kehidupannya sehari-hari. Tetapi
kenyataannya gaji yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama untuk mencapai
kepuasan kerja. Kenyataan lain banyak perusahaan telah memberikan gaji yang
cukup tinggi, tetapi masih banyak karyawan yang merasa tidak puas dan tidak
senang dengan pekerjaannya. Gaji hanya memberikan kepuasan sementara karena
kepuasan terhadap gaji sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan nilai orang yang
bersangkutan (As'ad, 2003:113).